Perihal Struktur Atas Dan Bawah Bangunan
pada sebuah gedung ada item yang namana atap, pelat, balok, kolom, tangga, basement dan pondasi. jika ,asih ada yang terlewat apalagi ? dan kemudian apakah kalian mengetahui bahwa pada item yang disebutkan diatas ada yng termasuk item struktur atas dan bawah bangunan.
Postingan ini membahas apa saja yang dimaksud struktur atas dan struktur bawah bangunan, khususnya bangunan gedung. Materi ini isinya menjelaskan pengertian dan komponen - komponen struktur atas dan bawah, bagi yang belum mengetahuinya simak penjelasan dibawah ini:
Postingan ini membahas apa saja yang dimaksud struktur atas dan struktur bawah bangunan, khususnya bangunan gedung. Materi ini isinya menjelaskan pengertian dan komponen - komponen struktur atas dan bawah, bagi yang belum mengetahuinya simak penjelasan dibawah ini:
Pengertian
Struktur Atas
Komponen
– komponen Struktus Atas Gedung
Kolom merupakan
komponen yang memiliki peran penting dalam suatu bangunan. Keruntuhan pada
kolom merupakan lokasi paling kritis yang dapat menyebabkan keruntuhan pada
bangunan. Fungsi kolom adalah penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom
termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup, serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar
bangunan tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang
tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan
balok bisa menahan gaya.
A. Prinsip
Kerja Kolom
Elemen struktur kolom
yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan dimensi penampang
melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom
pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan,
maka kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material.
Dengan demikian,
kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang digunakan.
Semakin panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga
mencapai keadaan yang disebut elemen langsing.
Perilaku elemen
langsing sangat berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan
panjang terhadap beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat
mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada
saat beban mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil dan
berubah bentuk.
Hal inilah yang dibuat
fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini adalah
kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
menerima beban tambahan.
Sedikit saja penambahan
beban akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Dengan demikian,
kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah besar beban yang
menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang sudah mengalami
tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi.
Fenomena tekuk adalah
suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen
struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai material. Pada saat tekuk terjadi,
taraf gaya internal bisa sangat rendah.
Fenomena tekuk
berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai
kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai
kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil
kekakuannya.
Banyak faktor yang
mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan panjang.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Panjang
Kolom
Pada umumnya, kapasitas
pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang elemennya. Selain
itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk adalah yang berhubungan
dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan
ukuran penampang).
Kekakuan
Kekakuan elemen
struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan distribusinya. Pada
elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu menekuk. Namun
bentuk berpenampang simetris (misalnya bujur sangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi
material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
Kondisi
Ujung Elemen
Apabila ujung-ujung
kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-beban lebih
kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan
ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan yang mencegah
tekuk.
Mengekang (menggunakan
bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk
pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-beban elemen
tekan. Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya
material, bukan tekuk.
2. Balok
Balok juga merupakan
salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian struktur yang
digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal
bangunan akan beban-beban. Balok juga memiliki beberapa jenis yaitu:
Balok
sederhana
Balok yang bertumpu
pada kolom ujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki
momen tahan. Seperti struktur statis lainya nilai dari semua reaksi pergeseran
dan momen untuk balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang
material.
Balok
Kantilever
Balok yang
diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung dengan hanya satu ujung
tetap.
Balok
Teritisan
Balok sederhanya yang
memanjang yang melewati kolom tumpuannya.
Balok
Bentang Tersuspensi
Balok sederhana yang
ditopang oleh teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada
momen nol.
Balok
Kontinu
Balok yang memanjang
secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan untuk menghasilkan
kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok
tidak menerus dengan beban yang sama. Balok terbagi beberapa
macam yaitu:
a) Balok
Kayu
Balok kayu menopang
papan atau dek structural. Balok dapat ditopang oleh balok induk, tiang, atau
dinding penopang beban.
b) Balok
Baja
Balok baja menopang dek
baja atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh balok induk (girder),
kolom, atau dinding penopang beban.
c) Balok
Beton
Pelat beton yang dicor
di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk cetakannya.
3. Plat
Lantai
Plat lantai adalah
lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai
tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai
di tentukan oleh:
- Besar lendutan yang diijinkan.
- Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
- Bahan konstruksi dan plat lantai.
Berdasarkan aksi
strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Plat
Kaku
Pelat kaku merupakan
pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural rigidity), dan memikul
beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam (lentur dan puntir)
dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud
dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
b) Membran
Membran merupakan pelat
tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan gaya geser aksial
dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan
kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan
momennya dapat diabaikan.
c) Plat
Fleksibel
Pelat flexibel
merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul beban luar dengan gabungan
aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya
aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa karena
perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d) Plat
Tebal
Pelat tebal merupakan
pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi.
4. Atap
Atap adalah bagaian
paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan penghuninya secara
fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap
tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang
dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah satu
bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang
rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup. Penopang
rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk segitiga, disebut
dengan istilah kuda-kuda.
Fungsi dari atap adalah:
- Mencegah pengaruh dari hembusan angin.
- Penaruh beban sendiri.
- Curah hujan.
- Melindungi ruang bawah, manusia serta elemen yang ada dibawahnya dari pengaruh cuaca.
- Sinar cahaya matahari.
- Sinar panas matahari.
- Petir dan bunga api penerbangan.
Kuda-kuda
Kontruksi kuda-kuda
adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap
termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada
atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap.
Umumnya
kuda-kuda terbuat dari:
Kuda-kuda
Kayu
Digunakan sebagai
pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.
Kuda-kuda
Bambu
Pada umumnya mampu
mendukun beban atap sampai dengan 10 m.
Kuda-kuda
Baja
Sebagai pendukung atap,
dengan sistem frame work atau lengkung dapar mendukung beban atap sampai beban
atap sampai dengan bentang 75 m, seperti pada hanggar pesawat, stadion
olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.
Kuda-kuda
dari Beton Bertulang
Dapat digunakan pada
atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.
Pada dasarnya
konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu membentuk
segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu
diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal maupun
momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda
diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap
tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup
atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang
pada saat memasang/memperbaiki atap).
Struktur
Bawah Bangunan
1. Dinding
Geser
Dinding Geser (shear
wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang langsing vertikal,
untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser berbentuk persegi
panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya
diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral
tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
Usaha untuk
memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur dinding geser, diberikan
kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi. Dengan pemberian profil
sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan gaya lateral.
Dinding geser dengan
penambahan profil memberikan hasil kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan
penampang dinding geser biasa dengan selisih beda 100% yang bisa dilihat pada
diagram interaksi momen (Mn) dan beban axial(Pn). Perbedaan tersebut didapat
dengan menarik garis linear pada diagram tersebut.
Dengan adanya dinding
geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh
dinding geser tersebut. Perencanaan geser pada dinding structural untuk
bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat
beban gempa.
Namun, dalam prakteknya
masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding geser berdasarkan
konsep ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya konsep desain kapasitas
untuk perencanaan dinding geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di
Indonesia. Menurut konsep desain kapasitas, kuat geser dinding didesain
berdasarkan momen maksimum yang paling mungkin terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya
dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka pemikul momen pada
gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah dinding
geser kantilever dan dinding geser berangkai.
Dinding geser beton
bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi
utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana.
Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan
akibat gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
2. Pondasi
Pengertian umum pondasi
adalah struktur bagian bawah bangunan yang terhubung langsung dengan tanah,
atau bagian bangunan yang terletak di bwah permukaan tanah yang berfungsi
memikul beban bangunan yang ada diatas nya.
Pondasi harus di
perhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban bangunan
itu sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan angin gempa
bumi, dan lain-lain. Di samping itu, tidak boleh adanya penurunan level
melebihi batas yang di izinkan.
Agar kegagalan fungsi
pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus diletakkan pada tanah yang
cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan
yang berlebih. Pondasi merupakan struktur dari bangunan yang sangat penting,
karena fungsinya adalah menopang bangunan yang ada diatasnya.maka proses
pembangunan nya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Cukup kuat menahan muatan geser akibata muatan tegak kebawah.
- Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
- Tahan terhadap perubahan cuaca.
- Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.
Suatu sistim harus
menjamin dan mampu mendukung bangunan yang ada diatasnya. Untuk itu pondasi
harus kuat, stabil, dan aman agar tidak mengalami penurunan, tidak mengalami
patah karena akan sulit untuk memperbaiki sistem pondasi. Pembuatan pondasi
harus berdasarkan beberapa hal berikut :
- Berat bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.
- Jenis tanah dan dan daya dukung tanah.
- Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempet.
- Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
- Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
- Waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang penting
berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation, atau
penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah yang keras dan padat.
Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras dan tgangan tanah/daya dukung
tanah, maka perlu diadakannya penyelidikan tanah, yaitu dengan cara:
- Pengeboran (Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui contoh-contoh tanah yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika tanah.
- Percobaan Penetrasi (Penetration Test), dengan cara menggunakan alat yang disebut Sondir Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk ke dalam tanah, dan secaa otomatis akan dibaca hasil sondir tegangan tanah.
Galian Tanah
Galian tanah dan
galian-galian lainya harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar, dan sesuai
dengan peil-peil yang tercamtum pada gambar. Semua bekas-bekas pondasi lama,
dan akar pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang dilaksanakan harus
dibongkar dan dibersihkan dan dibuang.
Bekas pipa yang tidak terpakai harus
disumbat. Apabila lokasi yang akan dijadikan bangunan pipa air, pipa gas, pipa
pembuangan, kabel listrik, kabel telepon dan sebagainya maka secepatnya
diberitahukan kepada konsultan managenen konstruksi atau instansi yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.
Pelaksanaan
pekerja/kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan sebagai akibat
dari pekerjaan galian tersebut. Apabila penggalian tersebut melebihi kedalaman
yang telah di tentukan maka kontraktor harus mengisi/mengurangi daerah tersebut
dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tentukan yang
sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pekerjaan galian pondasi
harus menjada agar lubang galian tersebut bebas dai longsoran tanah di kiri dan
kanan nya, sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi yang telah di tentukan.
Pengisian kembali
dengan tanah bekas galian di lakukan selapis demi selapis sambil disiram air
secukupnya dan di tumbuk sampai padat. Pekerjaan pengesian kembali ini hanya
boleh di lakukan setelah dilakukan pemeriksaan dan mendapat persetujuan
konsultan manajemen konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisantanahnya maupun
jenis tanah galian tersebut.
3. Struktur
Basement
Konstruksi basement
sering merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi keterbatasan lahan dalam
pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah, desain maupun
pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan banyak
hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri, tidak kalah pentingnya
adalah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada konstruksi basement akan sangat
mempengaruhi umur dari basement tersebut.
Pengendalian terhadap
mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai produk konstruksi mutu tinggi dan
dapat diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement yang perlu
diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya berupa
beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata
memanjang. Sedangkan metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever,
angker, dan strut.
Pemilihan metode galian
disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan konsdisi di lapangan. Pada metode
galian basement ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara lain: jenis
tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu
pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa masalah yang
timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, seperti penurunan permukaan
tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan kerusakan structural pada
bangunan dekat galian, fan retaknya saluran dan sarana yang lain. Salah satu
penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar galian akibat
pemompaan selama konstruksi. Untuk mencegah masalah yang timbul maka metode
pemilihan dewatering sangat menentukan. Sekian penjelasan saya,
semoga bermanfaat ya !! coba juga lihat artikel menarik lainnya yah
bro/sist
Comments
Post a Comment